Circumsision

How do I decide about circumcision?

Deciding whether to have your newborn son circumcised may be difficult. You will need to consider both the benefits and the risks of circumcision. Other factors, such as your culture, religion and personal preference, will also affect your decision.

The information about circumcision in this handout may help you make your decision. After you have read the handout, talk with your son's doctor about any concerns you have. The decision about whether to have your son circumcised should be made before your baby is born.

What is circumcision?

During a circumcision, the foreskin, which is the skin that covers the tip of the penis, is removed. Circumcision is usually performed on the first or second day after birth. It becomes more complicated and riskier in infants older than 2 months and in boys and men. The procedure takes only about 5 to 10 minutes. A local anesthetic (numbing medicine) can be given to your baby to lessen the pain from the procedure.

Are there any benefits from circumcision?

Studies about the benefits of circumcision have provided conflicting results. Some studies show certain benefits, while other studies do not. The American Academy of Pediatrics (AAP) says the benefits of circumcision are not significant enough to recommend circumcision as a routine procedure and that circumcision is not medically necessary. The American Academy of Family Physicians believes parents should discuss with their son's doctor the potential benefits and the risks involved when making their decision.

Circumcision does offer some benefit in preventing urinary tract infections in infants. Circumcision also offers some benefit in preventing penile cancer in adult men. However, this disease is very rare in all men, whether or not they have been circumcised. Circumcision may reduce the risk of sexually transmitted diseases. A man's sexual practices (e.g., if he uses condoms, if he has more than one partner, etc.) has more to do with STI (sexually transmitted infection) prevention than whether or not he is circumcised.

Study results are mixed about whether circumcision may help reduce the risk of cervical cancer in female sex partners, and whether it helps prevent certain problems with the penis, such as infections and unwanted swelling. Some studies show that keeping the penis clean can help prevent these problems just as well as circumcision. Infections and unwanted swelling are not serious and can usually be easily treated if they do occur.

What are the risks of circumcision?

Like any surgical procedure, circumcision has some risks. However, the rate of problems after circumcision is low. Bleeding and infection in the circumcised area are the most common problems. Sometimes the skin of the newly exposed glans becomes irritated by the pressure of diapers and ammonia in the urine. The irritation is usually treated with petroleum ointment (Vaseline) put directly on the area. This problem will usually lessen after a few days.

How do I care for my baby's penis after a circumcision?

Gently clean the area with water every day and whenever the diaper area becomes soiled. Some swelling of the penis is normal after a circumcision. A clear crust will probably form over the area. It normally takes 7 to 10 days for the penis to heal after a circumcision.

After the circumcision, you may notice a small amount of blood on the baby's diaper. If the bloodstain is larger than the size of a quarter, call your doctor right away. In addition, you should call your doctor if a Plastibell device was used during the circumcision and the device doesn't fall off within 10 to 12 days. If there is a bandage on the penis instead of a Plastibell, the bandage should be changed each time you change your son's diaper. This will help prevent infection. Signs of infection also signal the need to call your doctor. These signs include a temperature of 100.4°F or higher, redness, swelling and/or a yellowish discharge.

Source: Familydoctor

Pengaruh sunat pada hubungan seks


TANYA :
Dok, saya ingin bertanya tentang sunat. Saya bingung dengan proses disunat, bagian kulit mana yang dipotong? Apakah setelah disunat akan dijahit? Saya sendiri tidak disunat dan akan segera menikah. Apakah kondisi tidak disunat pada penis saya akan berpengaruh terhadap hubungan seks nantinya? Thanks sebelumnya, dok....  
Agus 24, Jakarta

JAWAB :
Pada tindakan sunat, yang dipotong adalah kulit penutup bagian kepala penis (preputium). Tentu saja setelah dipotong, area itu akan dijahit kembali. Dari sudut kesehatan, ada hal yang harus diperhatikan mengenai preputium, yaitu apakahpreputium dapat dibuka atau ditarik ke belakang atau tidak.
Kalau preputium dapat ditarik ke belakang sehingga bagian kepala penis kelihatan, keadaan ini dianggap sehat karena bagian kepala penis dan bagian dalam preputium dapat dibersihkan.
Sebaliknya, kalau preputium tidak dapat dibuka atau ditarik ke belakang, berarti bagian dalamnya dan bagian kepala penis tidak dapat dibersihkan. Dalam keadaan demikian, akan terjadi penumpukan bahan yang dikeluarkan oleh kelenjar, yang disebut smegma. Akibatnya, mudah terjadi infeksi. Dalam waktu lama, hal tersebut dapat menimbulkan kanker penis. Oleh karena itu, sunat harus dilakukan dalam keadaan demikian.
Namun, tidak ada hal ilmiah yang menunjukkan bahwa sunat atau tidak sunat berpengaruh terhadap fungsi seksual. Jadi, tidak sunat pun tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual.
Sumber: Kompas

Bila si kecil harus segera di sunat


 "Lubang penis anak saya kecil sekali sehingga dia selalu menangis kesakitan setiap kali mau kencing. Kata dokter anak saya, dia harus segera disunat. Tapi, saya masih ragu, apa benar disunat merupakan satu-satunya jalan untuk menyembuhkan kelainannya, sementara dia masih kecil. Menurut Anda bagaimana, Dok?" tanya Ibu Tine, yang berkonsultasi untuk mencari pendapat kedua tentang kasus anaknya.
"Sunat memang harus segera dilakukan bila ditemukan kelainan pada organ kelamin anak walaupun si anak masih berusia balita," kata dr Supriadi Handoko, spesialis bedah umum RS Internasional Bintaro.

Sunat bertujuan menjaga agar glans atau kepala penis serta lehernya tetap bersih. "Sunat dikatakan baik dan bersih bila glans penis tidak lagi tertutup preputium, yaitu kulit yang menutupi kepala penis," dr Supriadi menjelaskan.

Kelainan fimosis
Kasus paling banyak yang mengharuskan anak segera disunat adalah kelainan fimosis, keadaan di mana didapatkan konstriksi/penyempitan dari ujung kulit depan (foreskin) penis. Jadi, bukan penisnya yang tidak berlubang, melainkan ada kulit yang menutup kepala penis. Fimosis bisa ditemukan karena faktor kongenital (bawaan sejak lahir) atau bisa juga akibat peradangan berulang pada kulit depan penis. Gejalanya diperlihatkan dengan anak sulit buang air kecil.

Umumnya anak dengan kelainan fimosis sering mengejan saat akan kencing karena air kencing harus melalui saluran yang sempit. Kemudian, bagian belakang kepala penis tampak menggembung karena aliran yang tidak lancar tersebut.
Kondisi ini mengakibatkan anak kesakitan luar biasa. Orangtualah yang harus bisa membaca segala gejala yang ditimbulkan, terlebih pada anak balita yang masih sulit mengungkapkan rasa sakit yang sesungguhnya diderita. Terkadang kan terjadi salah paham. Bisa jadi anak sudah memberi tahu, tetapi orangtua tidak mengerti maksudnya. "Bila orangtua tanggap, sejak bayi pun kelainan ini sudah bisa diketahui," kata dr Supriadi.

Langkah terbaik, saat orangtua mencurigai ada sesuatu dengan penis si anak, segera konsultasi dengan dokter. Semakin dini pemeriksaan dilakukan, semakin cepat bisa ditangani ahlinya. Umumnya, untuk mengembalikan fungsi kencing anak, akan dilakukan operasi. "Dampaknya besar sekali lho, bagi perkembangannya. Anak tidak akan kesakitan lagi sehingga ia bisa bermain-main seperti yang lain," katanya.

Bisa infeksi
Bila tidak segera ditangani, fimosis dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing, balanitis (infeksi pada glans penis), atau balanoposthitis (infeksi pada glans penis serta preputium). Gejala yang tampak pada balanitis, lanjutnya, yaitu glans penis tampak membengkak dan meradang, jika kencing disertai rasa sakit.
Namun, sunat baru bisa dilakukan bila anak dalam keadaan sehat; tidak batuk, pilek, atau demam. Beberapa jam sebelum sunat, anak harus puasa karena akan diberi obat bius. Sebagai prosedur awal, anak menjalani pemeriksaan darah rutin di laboratorium.
Untuk proses sunat, cara paling aman adalah dengan membebaskan perlengketan antara preputium dan glans penis. Selanjutnya, kulit yang berlebih ini dipotong melingkar sejajar dengan dasar dari glans penis. Kemudian, perdarahan dihentikan dan kulit luar serta dalam dilekatkan kembali lewat penjahitan.

Berdasarkan cara yang demikian, di kalangan medis sunat dikenal dengan istilah sirkumsisi. Efek samping sunat, antara lain, perdarahan, infeksi, hematom, atau pembengkakan. Apabila preputium dan glans penis tidak dibebaskan terlebih dulu dari perlengketan, maka glans penis dapat ikut terpotong. Untuk mengurangi nyeri, sunat dilakukan dengan pembiusan. Ada dua cara pembiusan, bius lokal dan total.

Pada bius lokal, anak merasakan sakit sekitar 1 jam setelah suntikan diberikan; efek obat bius tersebut hilang. Sedangkan bius total anak akan merasakan sakit setelah dia tersadar. "Biasanya dokter sudah mengantisipasi dengan memberikan obat antisakit lewat dubur sebelum dia tersadar," ujar dr Supriadi.
Pada keadaan normal, proses penyembuhan sunat berlangsung 5-7 hari. Malah ada juga yang baru tiga hari sudah kering. Hal ini bisa terjadi asalkan perawatan sesudah sunat benar-benar dilakukan. Orangtua, misalnya, benar-benar menjaga agar luka si anak makin lama makin kering, jangan malah basah kembali, agar terhindar dari infeksi.

Nah, untuk menjaga supaya tidak timbul infeksi setelah sunat, daerah jahitan dibalut dengan kasa steril yang dibubuhi antiseptik. Bila balutan sedikit kena air kencing, biasanya tidak apa-apa. Sesudah anak kencing, kepala penis dapat dibersihkan pelan-pelan dan hati-hati dengan kasa basah. Selama perawatan dilakukan dengan benar, tak lama lagi Anda akan segera melihatnya bermain-main kembali bersama teman-temannya.  
Akan tetapi, perlu diingat, sunat sama sekali tidak memengaruhi alat reproduksi anak kelak. Sebab, alat reproduksi dan penis mempunyai fungsi berbeda. Jadi, salah besar kalau ada mitos yang menyebutkan sunat terlalu dini akan mengganggu fungsi reproduksi.
Sumber: Kompas