Awal ceritanya di hari Senin tanggal 12 April 2010, ketika sore hari aku pulang dari kerja dan tak lama kemudian anakku Rafi juga pulang sekolah, kemudian sewaktu mau mandi , tiba tiba dia teriak dengan kencangnya lalu menangis..aku diamkan aja sambil menyisir rambut si kecil, dan biasanya dia teriak klo liat kecoa, tapi kok sepertinya nangisnya lain…lalu dia ke arahku sambil bilang,Ibu.. kencing Rafi kok darah! sontak aku kaget bukan main, lalu coba menyuruhnya untuk kencing lagi…ternyata masih darah juga keluar, tanpa menunggu lama2, cepat cepat kubawa dia ke klinik yang jaraknya sekitar 5 menit dari rumah, kebetulan sore itu hujan lebat bukan main..duh kasihan aku liat anakku, sepanjang jalan nangis terus…..kami berdua jalan kaki, karna ayahnya pun belum pulang kerja..
Sampai di klinik aku crita ke dokter Dani, akhirnya dia bilang terkena Infeksi saluran kemih saran dia sebaiknya di khitan saja, namun terlebih dahulu di obati infeksinya…baiklah pikirku dalam hati, akhirnya aku pulang dengan pikiran yang campur aduk….sementara rafi masih nangis gak berhenti, sampai dirumah aku suruh coba dia pipis masih juga bercampur dengan darah…
Akupun telpon ayahnya untuk segera pulang.. sesampainya dirumah,ayahnya juga aku, mencoba membujuk dengan menenangkan hatinya kataku, "klo cepat dikhitan,akan sembuh sakitnya dan gak kambuh lagi" yang ada jawabnya..iya, tapi kalo habis di khitan ganti HP baru ya Buk, Alamak !!! itu yang gak enak di dengar.. hehehe
Sebenarnya Rafi, sudah kambuh yang ketiga kalinya, dulu masih 3 tahun dan waktu TK.
Disamping itu juga dia sering nahan kencing klo disekolah, dengan alasan wcnya jorok, begitu juga habis pipis kadang tidak dibersihkan…itulah anak anak, susah dikasih tau….akhirnya kejadian deh :(
malamnyapun aku tak bisa tidur alias stress memikirkan si bocahku…kalo liat anak disunat sering, apalagi pernah ikut jadi panitia di acara sunatan massal, tapi klo anak sendiri yang ngalamin lain deh rasanya he..he..
Akhirnya karena masih penasaran, aku ambil second opinion untuk berobat lagi dan paginya aku coba bawa ke Rs.Awal Bros, disana di cek ke labor urinenya, hasilnya blooding positive dan bakterinya juga positive, dokter bilang Rafi mengalami phimosis, preputium tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis, sarannya juga sama setelah peradangan mereda, rasa nyeri berkemih membaik, lebih baik dilakukan sirkumsisi (khitan)agar peradangan dan kesulitan berkemih tidak terulang lagi.
No choice! akhirnya aku dan ayahnya sepakat untuk dikhitankan saja setelah membaik infeksinya….dan rafipun masuk sekolah seperti biasa, lalu ke sekolah untuk pamitan dengan gurunya kemudian cuti sekitar 5 hari....
Padahal, Aku dan Mbah utinya yang di Jogja dah punya rencana jauh jauh hari, klo Rafi libur sekolah sekalian khitan di Jogja aja, nanti di Bogem prambanan, seperti pakde pakdenya dulu hehe…
Namun semua hanyalah rencana..semuanya berpulang kepada Alloh SWT yang mengatur segalanya, sebagai hambanya kita hanya mampu menjalani, yang terpenting semuanya dapat berjalan dengan lancar…
Sebelumnya Pak dokter juga menawarkan jenis khitannya, ada yang konvensional (cara lama) atau laser…yang belum ada di rs terebut metode sunat dengan cara smart klamp, namun katanya biasanya terjadi pembengkakan dg metode yang terakhir tsb. Akhirnya kami sepakat menggunakan metode laser secara orang menyebutnya, namun aku lihat hanya menggunakan semacam cutter electric…kami memilih dengan laser karena prosesnya cepat dan tidak ada pendarahan atau sangat sedikit.
Hari Sabtu, 17 April 2010…kami pergi pagi pagi ke Rs.Awal Bros untuk mengantarkan Rafi khitan, di hari itu kebetulan Rafi dapat urutan no.3 jadi sekitar jam 1.30 siang …ditangani oleh Pak dokter spesialis urologi dr Syamsuhadi SpU …dan Alhamdulillah prosesnya berjalan dengan lancar.
Tragedi datang….
Dan sampai dirumah sekitar jam 2.30 siang…lalu karena kecapean semua pada ketiduran, sampai pada Rafi bangunin aku, katanya kok sepertinya ada yang mengalir di selangkangannya..aku coba liat ternyata memang betul , ada darah segar yang mengalir gak berhenti ! Waduh ada apalagi nih pikirku sambil sedikit panic, akhirnya buru buru kami bawa lagi ke RS.Awal Bros untuk di cek lagi, untung Pak dokternya masih ada, karena dr Syamsuhadi ternyata juga sebagai dr PNS di Bogor namun masih di perbantukan di Awal Bros menurut ceritanya...
Langsung masuk ruangan untuk di periksa oleh perawatnya, mulai deh Rafi nangis sekencang kencangnya ketika perbannya di buka oleh perawatnya, akupun jadi ikutan nangis ngeliatnya gak tega… pasti kesakitan yang luar biasa karena perban yang sudah melekat di jahitan di buka kembali…duh biyung……
Dokter Syamsu bilang kalau ada pembuluh yang terbuka dan akan ditambahkan 2 kali jahitan…Oh My GOD…gak kebayang banget Deh!!!
Awalnya mau disuntik bius tapi apa daya batang penis masih luka, jadi dg bius spray…tapi tetep aja sakit alias pedih..kamipun berempat, 2 perawat, aku dan ayahnya yang memegangi kaki dan tangan Rafi supaya pak Dokter bisa leluasa menjahit… Ya Alloh…kasihan banget bocahku…cepet sembuh ya Bang…
Di hari Rabunya 21 April, kamipun mengadakan Doa Syukuran sederhana untuk kesembuhan anakku Rafi, dengan mengundang pengajian mesjid bapak bapak, tetangga serta kerabat dekat…
Yang pasti, kami sekeluarga bahagia. Satu kewajiban pada anak lelaki telah kami tunaikan dengan baik. Harapan Ayah dan Ibu,”Semoga cepat Sembuh ya Abang Rafi”..dan cepat besar , Moga kelak menjadi anak yang Sholeh ya sayang, Amiin….
Sumber: Ibu Shella
Bertambah Lagi Manfaat Sunat
Baltimore, AS, Manfaat sunat pada pria makin bertambah lagi. Selain bisa mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seks heteroseksual, pria yang disunat juga jauh dari risiko terkena virus human pappiloma virus (HPV) yang menjadi penyebab penyakit
kelamin.
HPV adalah virus yang sangat umum dan terdiri lebih dari 100 strain yang sebagian besar menyebabkan kutil kelamin (genital warts). Infeksi beberapa jenis HPV yang menetap dapat menyebabkan kanker.
HPV juga adalah penyebab utama kanker serviks pada perempuan dan juga kanker penis serta kanker dubur. Sedangkan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat membersihkan infeksi ini pada beberapa orang.
"Orang yang terinfeksi HIV seringkali juga menderita infeksi HPV dan karena sistem kekebalan tubuhnya rendah menjadi sangat rentan mengembangkan HPV yang terkait dengan kanker," ujar Prof Dr Ronald H. Gray dari Johns Hopkins University School of Public Health di Baltimore, seperti dikutip dari Reuters, Senin (19/4/2010).
Studi terkini yang dilaporkan dalam Journal of Infectious Diseases, menemukan bahwa sunat dapat menurunkan tingkat infeksi HPV penyebab kanker sebesar 33 persen pada laki-laki yang HIV-negatif dan sebesar 23 persen pada laki-laki yang HIV-positif. Hasil ini setelah masing-masing dibandingkan dengan laki-laki yang tidak disunat.
Penelitian ini melibatkan 210 laki-laki yang HIV-positif dan 840 laki-laki yang HIV-negatif dengan usia antara 15-49 tahun. Selain dapat mengurangi risiko infeksi HPV, sunat juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang membuat seseorang terhindar dari infeksi.
"Masalah HPV dan kanker yang terkait dengan HPV memang cukup berat di wilayah sub-Saharan Afrika, tapi kemungkinan sunat bisa memiliki manfaat dalam hal mencegah kanker pada laki-laki maupun perempuan," ujar Dr Gray yang juga menjadi peneliti senior dalam studi Uganda.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan sunat sebagai salah satu cara untuk menekan risiko HIV pada laki-laki. Selain itu di negara-negara yang memiliki kasus HIV tinggi, rekomendasi sunat tidak bisa dibantah kecuali karena ada alasan medis.
"Penurunan prevalensi HPV yang terkait dengan pelaksanaan sunat adalah signifikan namun sederhana," ujar Drs Raphael V. Viscidi dan Keerti V. Shah yang juga dari Johns Hopkins University.
Sunat diperkirakan mengurangi transmisi heteroseksual terhadap HIV dan penyakit seksual lainnya termasuk HPV yang dapat menyebabkan kutil kelamin melalui beberapa mekanisme.
Salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah jaringan mukosa yang terkena saat melakukan hubungan seks, hal ini membuat akses virus masuk ke dalam tubuh target menjadi terbatas. Kulit menebal yang terbentuk di sekitar luka sunat bisa membantu menghambat masuknya virus ke dalam tubuh.
Sumber: Detik
kelamin.
HPV adalah virus yang sangat umum dan terdiri lebih dari 100 strain yang sebagian besar menyebabkan kutil kelamin (genital warts). Infeksi beberapa jenis HPV yang menetap dapat menyebabkan kanker.
HPV juga adalah penyebab utama kanker serviks pada perempuan dan juga kanker penis serta kanker dubur. Sedangkan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat membersihkan infeksi ini pada beberapa orang.
"Orang yang terinfeksi HIV seringkali juga menderita infeksi HPV dan karena sistem kekebalan tubuhnya rendah menjadi sangat rentan mengembangkan HPV yang terkait dengan kanker," ujar Prof Dr Ronald H. Gray dari Johns Hopkins University School of Public Health di Baltimore, seperti dikutip dari Reuters, Senin (19/4/2010).
Studi terkini yang dilaporkan dalam Journal of Infectious Diseases, menemukan bahwa sunat dapat menurunkan tingkat infeksi HPV penyebab kanker sebesar 33 persen pada laki-laki yang HIV-negatif dan sebesar 23 persen pada laki-laki yang HIV-positif. Hasil ini setelah masing-masing dibandingkan dengan laki-laki yang tidak disunat.
Penelitian ini melibatkan 210 laki-laki yang HIV-positif dan 840 laki-laki yang HIV-negatif dengan usia antara 15-49 tahun. Selain dapat mengurangi risiko infeksi HPV, sunat juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang membuat seseorang terhindar dari infeksi.
"Masalah HPV dan kanker yang terkait dengan HPV memang cukup berat di wilayah sub-Saharan Afrika, tapi kemungkinan sunat bisa memiliki manfaat dalam hal mencegah kanker pada laki-laki maupun perempuan," ujar Dr Gray yang juga menjadi peneliti senior dalam studi Uganda.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan sunat sebagai salah satu cara untuk menekan risiko HIV pada laki-laki. Selain itu di negara-negara yang memiliki kasus HIV tinggi, rekomendasi sunat tidak bisa dibantah kecuali karena ada alasan medis.
"Penurunan prevalensi HPV yang terkait dengan pelaksanaan sunat adalah signifikan namun sederhana," ujar Drs Raphael V. Viscidi dan Keerti V. Shah yang juga dari Johns Hopkins University.
Sunat diperkirakan mengurangi transmisi heteroseksual terhadap HIV dan penyakit seksual lainnya termasuk HPV yang dapat menyebabkan kutil kelamin melalui beberapa mekanisme.
Salah satunya adalah dengan mengurangi jumlah jaringan mukosa yang terkena saat melakukan hubungan seks, hal ini membuat akses virus masuk ke dalam tubuh target menjadi terbatas. Kulit menebal yang terbentuk di sekitar luka sunat bisa membantu menghambat masuknya virus ke dalam tubuh.
Sumber: Detik
Khitan Pada Bayi
Mungkin Anda pernah mendengar bahwa kaum pria dianjurkan untuk melakukan khitan atau sunat. Sebetulnya apakah khitan itu memang perlu dilakukan? Kira- kira apa saja ya keuntungan melakukan khitan? Yuk kita simak lebih jauh tentang khitan.
Pro-kontra mengenai perlu-tidaknya khitan pada laki-laki sudah lama berlangsung. Tapi tampaknya hasil penelitian terbaru ini bisa dijadikan pegangan bahwa khitan memang perlu.
Laki-laki yang dikhitan terbukti jarang sekali tertular infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibanding mereka yang belum disunat, itulah yang termuat dalam jurnal Pediatrics.
Dalam jurnal disebutkan bahwa khitan dapat mengurangi risiko tertular dan menyebarkan infeksi sampai sekitar 50%. Makanya jurnal juga menyarankan manfaat besar mengenai sunat bagi bayi yang baru lahir.
Studi saat ini hanya satu dari sekian studi untuk mengupas lebih jauh tentang topik kontroversial ini. Meskipun berbagai studi mendapati bahwa sunat bisa mengurangi tingkat HIV (virus penyebab AIDS), sipilis, dan borok pada alat kelamin, hasil tersebut bercampur dengan penyakit lain yang menular melalui hubungan seks (STD).
Academy of Pediatrics, Amerika menyebut bukti tersebut “rumit dan bertentangan”, karena itu mereka menyimpulkan bahwa, untuk saat ini, bukti tersebut tak memadai untuk mendukung khitan rutin pada bayi yang baru lahir.
Seperti dikutip Reuters, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan Christchurch Health and Development Study, yang mencakup kelompok kelahiran anak dari Selandia Baru.
Dalam studi ini responden laki-laki dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan status khitan sebelum usia 15 tahun dan kelompok yang mengalami infeksi menular melalui hubungan seks antara usia 18 dan 25 tahun yang ditentukan melalui sebuah kuisioner.
Sebanyak 356 anak laki yang tak dikhitan memiliki risiko 2,66 kali serangan infeksi yang menular melalui hubungan seks dibandingkan dengan 154 anak laki yang disunat, demikian kesimpulan pemimpin peneliti Dr. David M. Fergusson dan rekan dari Christchurch School of Medicine and Health Sciences.
Sebagian besar risiko yang berkurang tersebut tak berubah setelah diperhitungkan juga faktor pemicu yang potensial, seperti jumlah pasangan seks dan hubungan seks tanpa pelindung.
Para ilmuwan itu memperkirakan bahwa kalau saja khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan telah dilembagakan, angka infeksi yang menular melalui hubungan seks dalam kelompok saat ini tersebut mungkin telah berkurang setidaknya 48%.
Analisis tersebut memperlihatkan manfaat khitan dalam mengurangi risiko infeksi yang menyerang melalui hubungan seks mungkin sangat banyak. “Masalah kesehatan masyarakat yang diangkat dalam temuan ini jelas melibatkan pertimbangan manfaat jangka panjang bagi khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan dalam mengurangi risiko infeksi di dalam masyarakat, berbanding perkiraan biaya prosedur tersebut,” ujar para peneliti.
Sumber: Resep
Pro-kontra mengenai perlu-tidaknya khitan pada laki-laki sudah lama berlangsung. Tapi tampaknya hasil penelitian terbaru ini bisa dijadikan pegangan bahwa khitan memang perlu.
Laki-laki yang dikhitan terbukti jarang sekali tertular infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibanding mereka yang belum disunat, itulah yang termuat dalam jurnal Pediatrics.
Dalam jurnal disebutkan bahwa khitan dapat mengurangi risiko tertular dan menyebarkan infeksi sampai sekitar 50%. Makanya jurnal juga menyarankan manfaat besar mengenai sunat bagi bayi yang baru lahir.
Studi saat ini hanya satu dari sekian studi untuk mengupas lebih jauh tentang topik kontroversial ini. Meskipun berbagai studi mendapati bahwa sunat bisa mengurangi tingkat HIV (virus penyebab AIDS), sipilis, dan borok pada alat kelamin, hasil tersebut bercampur dengan penyakit lain yang menular melalui hubungan seks (STD).
Academy of Pediatrics, Amerika menyebut bukti tersebut “rumit dan bertentangan”, karena itu mereka menyimpulkan bahwa, untuk saat ini, bukti tersebut tak memadai untuk mendukung khitan rutin pada bayi yang baru lahir.
Seperti dikutip Reuters, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan Christchurch Health and Development Study, yang mencakup kelompok kelahiran anak dari Selandia Baru.
Dalam studi ini responden laki-laki dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan status khitan sebelum usia 15 tahun dan kelompok yang mengalami infeksi menular melalui hubungan seks antara usia 18 dan 25 tahun yang ditentukan melalui sebuah kuisioner.
Sebanyak 356 anak laki yang tak dikhitan memiliki risiko 2,66 kali serangan infeksi yang menular melalui hubungan seks dibandingkan dengan 154 anak laki yang disunat, demikian kesimpulan pemimpin peneliti Dr. David M. Fergusson dan rekan dari Christchurch School of Medicine and Health Sciences.
Sebagian besar risiko yang berkurang tersebut tak berubah setelah diperhitungkan juga faktor pemicu yang potensial, seperti jumlah pasangan seks dan hubungan seks tanpa pelindung.
Para ilmuwan itu memperkirakan bahwa kalau saja khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan telah dilembagakan, angka infeksi yang menular melalui hubungan seks dalam kelompok saat ini tersebut mungkin telah berkurang setidaknya 48%.
Analisis tersebut memperlihatkan manfaat khitan dalam mengurangi risiko infeksi yang menyerang melalui hubungan seks mungkin sangat banyak. “Masalah kesehatan masyarakat yang diangkat dalam temuan ini jelas melibatkan pertimbangan manfaat jangka panjang bagi khitan rutin pada bayi yang baru dilahirkan dalam mengurangi risiko infeksi di dalam masyarakat, berbanding perkiraan biaya prosedur tersebut,” ujar para peneliti.
Sumber: Resep
Subscribe to:
Posts (Atom)