Rupanya... Banyak Pria Tak Bersunat

Tahukah Anda, menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga PBB yang menangani masalah AIDS (UNAIDS), diperkirakan hanya 30 persen pria berusia 15 tahun ke atas yang disunat di seluruh dunia.

Jumlah pria bersunat itu ternyata sangat bergantung pada agama dan suku bangsa. Hampir semua pria Yahudi dan Muslim disunat. Bila digabung, total jumlah pria bersunat dari dua agama tersebut mencapai 70 persen secara global.

Sementara itu, Amerika Serikat menduduki proporsi terbesar dalam jumlah pria yang disunat tanpa alasan agama. Hampir 75 persen pria AS yang non-Muslim dan non-Yahudi disunat. Bandingkan dengan Kanada yang hanya 30 persen, Inggris 20 persen, dan Australia yang hanya 6 persen pria. Saat ini, diperkirakan 65 persen bayi laki-laki yang baru lahir di AS langsung disunat.

Beberapa waktu lalu, WHO memang telah merekomendasikan sunat pada pria untuk mencegah infeksi HIV. Menurut penelitian, sunat pada pria bisa mengurangi infeksi HIV hingga 60 persen. Meski demikian, untuk mencegah penularan HIV lewat hubungan seksual, mereka disarankan untuk tetap memakai kondom.


Sumber: Kompas

Sunat pada pria tidak lindungi wanita dari HIV

Hasil studi menemukan, meski risiko penularan HIV lebih rendah pada pria yang disunat, hal itu tidak otomatis melindungi wanita. Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah The Lancet.

Pencegahan penularan HIV pada pria bersunat membuat para aktivitis AIDS optimis angka penularan human immunodeficiency virus (HIV) bisa ditekan. Terlebih penelitian menunjukkan risiko terinfeksi HIV pada pria yang disunat 76 persen lebih rendah.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah sunat pada pria juga bisa melindungi pasangan seksualnya dari kemungkinan tertular HIV? Ternyata jawabannya sangat jelas, "Tidak".

Kesimpulan itu dihasilkan berdasarkan studi yang dilakukan secara acak terhadap 992 pria di Uganda, Afrika, berusia 15-49 tahun yang belum disunat. Mereka sudah terinfeksi HIV tapi belum menunjukkan gejala apa pun.

Setengah dari responden kemudian disunat, sedang sisanya tidak. Wanita yang menjadi pasangan para responden kemudian didata, ada 90 wanita dari kelompok yang disunat dan 70 pada kelompok pria tak disunat. Seluruh responden secara intensif mengikuti kursus pencegahan HIV.

Analisa data dua tahun kemudian dengan jelas menunjukkan tidak adanya pengaruh sunat pada perempuan. Sebanyak 18 persen wanita dari kelompok disunat telah terinfeksi HIV dan 12 persen pada kelompok tidak disunat. Kebanyakan penularan terjadi sekitar 6 bulan setelah proses sunat.

Menurut para ahli, hal itu mungkin terjadi karena para pria melakukan hubungan intim sebelum luka sunat sembuh sempurna, sehingga darah yang terinfeksi HIV masuk lewat vagina. 

Meski demikan, para ahli berpendapat kampanye sunat pada pria tetap valid. "Walau wanita tidak secara langsung mendapat manfaat dari sunat pada pria, namun mereka dapat manfaat tidak langsung, lebih sedikit pria yang terinfeksi, makin rendah risiko penularan pada wanita," kata Maria Waver, dokter peneliti dari John Hopkins Bloomberg School of Public Health, AS.

Para ahli menyebutkan, kulit luar ujung atau kepala penis merupakan jalan masuk virus  HIV. Pada kulit paling luar dari ujung penis atau kulup ada banyak sel yang rawan terinfeksi virus HIV. Bagian yang dipotong dalam proses sunat ini dilapisi kulit tipis yang mudah lecet saat berhubungan intim. Padahal, virus bisa menyebar dari luka sekecil apa pun.
    
Oleh karena itu, penis yang tidak disunat lebih mudah menyebarkan virus HIV. Sebab, kondisi lingkungan di lipatan kulup yang lembab dan basah menjadi tempat kondusif bertahannya virus HIV. Kulup basah juga membantu penularan infeksi menular penyakit lain.


Sumber: Kompas

Bong Supit Bogem

Bogem aselinya adalah bong supit (juru khitan, sunat, bengkong) kenamaan di daerah Prambanan – Jawa Tengah. Pelanggannya banyak sehingga mereka buka cabang dimana-mana, termasuk Jakarta.

Tanggal 19 Juni lalu, sekitar jam 03:00 saya sudah berada di jalan PKP/Kiwi no 1A Kelapa Dua Wetan Ciracas. Sebetulnya saya siapkan potret untuk kenang-kenangan, misalnya mengabadikan alamatnya, suasana penyembelihan (serem). Namun gara-gara parkirnya sudah sesak (jam 3:30 dinihari), saya sempat berkutat berapa lama dengan mas Parkir. Maksudnya sih agar jangan mengganggu lalu lintas sekitar bengkong (juru supit). Harap maklum liburan anak sekolah biasanya diisi oleh khitanan.

Betul saja, waktu saya masuk ruang tunggu ternyata Gilang sudah di panggil. Hanya ayahnya yang tadinya gagah kepingin mengabadikan sang putra, kini dia merasa mual.

Tadinya dia “aksi” bilang ke istrinya agar jangan mengusik kami pakdenya. “Masak sedikit-sedikit minta tolong Pakde dan Bude, malu lah..”

Ketika azan subuh dikumandangkan. Gilang sudah berbaring diruang recovery.

Berkali-kali kedua orang tua Gilang mencoba mengabadikan pakai HP. Tapi gagal lantaran lampu penerangan di ruang recovery yang temaram HPnya macet. Dan tidak sia-sia saya selalu mengantungi kamera kemana pergi. Kali ini kamera beraksi, cekrak-cekrek.

Saya saksikan gilang dan temannya nampak santai, sumeleh. Tidak nampak ketakutan atau kesakitan diwajahnya. Bahkan ada teman se-kloter sudah mengiba mamanya untuk bisa main bola setelah sunat ini.

Setelah ada enam anak dari kloter gilang dibaringkan, bong supit menjelaskan obat bubuk untuk di taburkan pada luka (hanya kalau berdarah), lalu obat penghilang rasa sakit kalau nanti efek bius sudah hilang. Dan pelbagai nasihat – untuk tidak mandi selama dua hari (diseka air saja). Bahkan didemonstrasikan cara menggunakan panti liner sebagai pembalut luka. Seperti lagu dangdut ..Teganya..teganya

Kepada Gilang, mengingat tubuhnya yang tambun diminta datang dua hari mendatang. Bong supit bilang, penisnya kecil (saya kepikiran akan usul ke salon mak erot), mungkin hasil salon supit tidak maksimal. Belakangan saya tahu bahwa kekuatiran akan penis kecil sementara boleh disingkirkan. Gilang tetap normal.

Lalu saya ingat pada 14 Nopember 1966, bersamaan dengan uang kita di sunat dari 1000 rupiah menjadi satu rupiah, maka secara rombongan saya dikirim ke poliklinik Brimob untuk menjalani salon khusus pria.

Sakitnya – ampun ampun. Dua kali suntikan bius tidak berefek seperti diharapkan. Bukan saya yang kebal, tetapi harap maklum, jaman perang konfrontasi dengan Malaysia, semua serba darurat dan miskin. Obat-obatan kadaluwarsapun dijeksikan kepada pasien. Ketimbang tidak ada.

Sebulan saya tidak bisa sekolah sebab terjadi infeksi. Begitu juga ketika anak bungsu saya disunat, dia nampak menderita dan memakan waktu penyembuhan sampai lebih dari dua minggu. Lha kok ini bisa berbeda sama sekali.

Tapi – kepada orang tua Gilang saya tanyakan, apa sih alasan mendasar menggunakan jasa salon “lelaki” Bong Bogem.

Pertama, selain prosedur kerja yang cepat, maka nilai “non alamiah” – yang ingin dicapai adalah banyak alumnus salon ini bisanya sebagian besar sukses di kehidupan. Jadi mengapa tidak berharap doa sang bongsupit yang manjur.

ALAMAT
Bong Supit Bogem
Jalan PKP no 1A Kelapa Dua, Ciracas, Jakarta Timur.

Sumber: Mimbarsaputro

Kurangi penularan HIV.. yuk sunat


Sunat ternyata juga mengurangi risiko terinfeksi virus HIV dua sampai delapan kali lipat.
Infeksi virus HIV dikatakan bisa muncul selama berhubungan seks dan penularan virus HIV pada pria biasanya melalui penis.
Demikian dikatakan Direktur Pelayanan Kesehatan Yayasan Kusuma Buana, Adi Sasongko dalam temu media di Rumah Makan Empu Sendok, di Jakarta, Selasa (31/3).
Sejauh ini berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana sunat pada pria dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV.
Menurut Carlos R Estrada dan rekan-rekannya dari Pusat Kesehatan St Lukes Rush Presbyterian di Chicago, Illinois, sekitar 80 persen infeksi HIV biasanya muncul selama berhubungan intim.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Sekretariat Badan Dunia untuk Penanggulangan AIDS (UNAIDS) mempertemukan para ahli internasional dalam sebuah konsultasi untuk menentukan apakah sunat pada pria sebaiknya dianjurkan bagi upaya pencegahan infeksi HIV.
Setelah dilakukan riset, hasilnya sunat pada pria mampu mengurangi risiko infeksi HIV melalui hubungan heteroseksual pada pria 60 persen. Lalu, apa hubungannya sunat dengan pengurangan risiko penularan HIV/AIDS?
Kepala penis, jelas Adi, merupakan faktor penting dalam penularan virus HIV/AIDS. Kulit luar ujung atau kepala penis memegang peranan penting dalam jalan masuknya virus HIV.
Pada kulit paling luar dari ujung atau kepala penis terdapat sel-sel yang sangat peka terhadap virus HIV. Bagian yang dipotong dalam proses sunat ini dilapisi kulit yang amat tipis. Bagian ini mudah luka saat berhubungan seksual daripada kulit di belakangnya.
Maka dari itu, virus dapat menyebar dari luka sekecil apa pun. Penis yang tidak disunat lebih mudah menyebarkan virus HIV terhadap pasangannya karena bagian kulit di ujung penis atau kulup yang lembap dan basah itu menjadi tempat yang cocok bagi virus HIV untuk hidup.
Kulup yang basah juga berpotensi membantu penularan berbagai penyakit seksual lain. Dengan disunat, otomatis kulit penis akan terbuka sehingga berisiko rendah terhadap infeksi virus HIV.
Menurut data penelitian dari Halperin dan Bailey sebagaimana dikutip Adi, negara-negara Asia dan Afrika dengan prevalensi populasi laki-laki disunat kurang dari 20 persen mempunyai prevalensi HIV beberapa kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara dengan populasi laki-laki disunat yang lebih dari 80 persen.
Hasil serupa, ujar Adi, juga ditemui dalam penelitian di Afrika Selatan, Kenya, dan Uganda. Ternyata risiko penularan HIV lebih rendah pada laki-laki disunat dibandingkan dengan yang tidak sunat.
Afrika Selatan 76 persen lebih rendah, Kenya 60 persen lebih rendah, sedangkan Uganda 55 persen lebih rendah. "Kenapa Afrika, karena di daerah tersebut terdapat penderita HIV/AIDS paling banyak, yaitu 22 juta orang," katanya.
Namun, jangan salah, sunat tidak otomatis membuat laki-laki kebal terhadap HIV/AIDS. "Sunat hanya mengurangi risiko penularan HIV/AIDS saja," tegasnya.
Bukan satu-satunya
Sunat bukan satu-satunya metode pencegahan penularan HIV yang bisa dilakukan. Pencegahan penularan HIV juga mesti dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui promosi penggunaan kondom dan tidak melakukan kegiatan yang berisiko menularkan HIV kepada orang lain.
"Kampanye dan sosialisasi penularan serta pencegahan HIV/AIDS harus berkesinambungan disertai peningkatan akses pelayanan pemeriksaan dan pengobatan bagi orang dengan HIV," kata Manajer Program Penanggulangan AIDS pada Kelompok Berisiko Tinggi Yayasan Kusuma Buana Rediscoveri Nitta. Kelompok berisiko tinggi tertular penyakit menular seksual dan HIV adalah para pekerja seks dan pengguna narkoba suntik.
Sumber: Kompas

Khitan pake Smart Klamp


Selasa lalu 20 Januari 2009, Rizal dikhitan. Mumpung pas liburan sekolah jadi pas banget. Ceritanya si Rizal ini takut di sunat. Tapi karena dia sekolah di sekolah Islam, jadi banyak yang ngompori untuk cepet-cepet sunat ha..ha..

Sebetulnya sudah sejak kelas 1 sudah saya tawari.. Katanya kelas 2 aja.. Sudah kelas 2 katanya kelas 3 aja.. Nah sudah kelas 3 ditagih lagi nih..

"Mau ya Rizal sunat??" Dalam bayanganku paling ntar jawabannya nanti aja kelas 4 :).. But, surprisely Eh dia jawab "Mau".


Langsung aja Bapaknya ngajak ke Rumah Sakit PHC di Perak pas hari Seninnya. Kenapa nggak datangin orang ke rumah aja?? Soalnya kita tahu Rizal takut sunat.. Khawatir sudah datangin orang habis itu gak mau disunat kan berabe ha..ha.. Kenapa di PHC? Karena mengiklankan sunat model baru yaitu smart klamp. Rizal kan gemuk, jadi ya agak susah karena penisnya jadi masuk. Dengan metode ini rasanya jadi lebih gampang.

Jadilah hari Seninnya diajak ke PHC.. Cuma sama bapaknya aja.. Di sana dia lihat prosesnya.. Emm kayaknya berani sih.. Tapi.. Begitu dianya mau dieksekusi... "Huaa..... aku gak mau disunat" he..he.. ternyata takut juga.. "Besok mau ya??"... "Mau kalau besok".. he..he.. dalam hati juga ragu apa mau ya??

Besoknya kita tagih lagi. Katanya mau.. Jadilah hari Selasa itu aku cuti..

Berangkat pagi sekitar jam 8.. Di mobil aku 'ngedem-edemi' Rizal supaya mau.. Aku jelaskan makna sunat itu bagi anak laki-laki.. Soal kedewasaan dan tanggung jawab.. Ciailah.. Pokoknya biar dia paham deh.. Dia sih cuek-cuek aja.. tapi dengerin :)

Sampe di PHC malah dia yang masuk duluan ke IGD.. Langsung aku daftarin.. Lalu menunggu..

Ada beberapa pasien.. Yang lagi ngantri di klinik bedahnya.. Satu lagi khitan juga.. Anaknya sudah cukup besar.. Mungkin se Rizal agak tua dikit.. Dan gak nangis.. Ah oke tuh. Habis itu ada bayi 19bulan fimosis..

Menangisnya keras sekali hiks..hiks.. jadi stress juga dengernya.. Belum lagi ada anak cewek yang luka di wajah lalu dibuka jahitannya.. Nangisnya keras banget.. hiks..hiks.. bikin stress lagi.. Rizal jadinya juga agak mengkeret..

Finally.. Eng..ing..eng... Gilirannya Rizal datang...



Naik kasur aja sudah heboh.. Berusaha nego sana nego sini.. ha..ha.. Dia bilang.. gak pake gunting ya.. Akhirnya mantrinya sampe buang guntingnya ke lantai ha..ha.. Tapi ya Rizalnya masih tahu kalo ada gunting yang lain.. wis..wis.. Capek deh..

Kalau biasanya untuk khitan butuh 2 orang aja.. Ini sampe 8 orang untuk megangi.
Waktu dibius sudah teriak-teriak.. Habis itu waktu dieksekusi mendatangkan banyak orang. Sebetulnya kan kalau sudah dibius nggak terasa.. Tapi karena Rizal sebetulnya takut, jadinya masih teriak aja.. Ah.. anakku..anakku..

Yang lucu, setelah proses selesai, masih kondisi menangis dia salami semua orang sambil minta maaf.. Lucu tapi juga mengharukan he..he..
Biaya sunat ini Rp. 430 ribu-an.


Perawatan setelah sunat cuma diberi betadine aja sehari 3x gitu.. Terus setelah pipis pas tabungnya dibilas terus diberi baby oil, biar gak lengket gitu..
Setelah 5 hari smart klamp nya dilepas. Sebelumnya di rumah disuruh berendam selama 1 jam supaya gampang dilepas. Waktu ngelepasnya juga heboh. Padahal kan sudah gak sakit wong tinggal ngelepas.. Masih dikasih kapas aja sudah teriak-teriak menghebohkan IGD. Sampe pasien lain pada ketawa-ketawa..


Yang lucu lagi.. Seperti sebelumnya, waktu sudah selesai dia minta maaf ke semua orang.. Terus bilang "Selamat tahun baru Imlek ya.. Gong Xi Fat Choi".. Ha..ha... semua ketawa deh..
Berikut soal sunat smart klamp yang saya ambil dari brosur di RS PHC Surabaya :

Apakah Smart Klamp itu :
SmartKlamp adalah alat khitan sekali pakai (disposable) berteknologi tinggi, yang didesain untuk menghasilkan khitanan yang lebih aman, cepat dan canggih.

Keunggulan khitan dengan teknik SmartKlamp?
  1. Khitan tanpa pendarahan, tanpa jahitan sehingga mengurangi risiko penularan penyakit AIDS / Hepatitis (catatan dari saya : sebetulnya ada sih pendarahan.. tapi dikit)
  2. Pelaksanaan khitan membutuhkan waktu yang sangat cepat 5-10 menit
  3. Anak bisa langsung dibawa pulang
  4. Anak dapat langsung beraktifitas seperti biasa (bermain, sekolah,mandi dll) -> Rizal habis sunat langsung ke mall :)
  5. Alat sangat ringan karena terbuat dari plastik
  6. Dapat buang air kecil secara biasa (melalui tabung)
  7. Tersedia dalam berbagai ukuran sehingga dapat digunakan pada usia bayi, anak sampai dewasa

Tahap Persiapan :
Sebelum khitan, seluruh bagian penis dibersihkan sambil menarik foreskin (kulup atau kulit muka) ke belakang, kadang-kadang foreskin lengket pada penis dan tertutup (fimosis) sehingga dokter harus melonggarkannya. Dalam beberapa kasus foreskin sangat sempit, dokter akan melabarkannya dengan klem. Anak dilakukan pembiusan lokal dengan injeksi, sehingga prosedur dilakukan tanpa rasa sakit. Injeksi dilakukan pada pangkal penis di bawah kulit. Efek bius berkisar antara setengah hingga satu jam.

Tahap Pengukuran :
Setiap penis memiliki ukuran yang berbeda-beda, sehingga harus diukur untukmemastikan ukuran SmartKlamp yang akan digunakan. Sebuah kartu dengan beberapa lubang (size -o - meter) digunakan untuk mengukur diameter penis, kemudian ukuran yang sesuai digunakan untuk memilih SmartKlamp yang akan dipakai.

Tahap Pengkhitanan :
Sesaat setelah obat bius bekerja,dokterakan kembalimenarik ke belakang foreskin dan meletakkan tabung di atas kepala penis. Dokterkemudianakanmenarik ke dalamforeskin tepat di atas tabung, dan ketika posisinya telah pas maka ring klem kemudian dikunci.
Foreskin kemudian dipotong dengan pisau bedah (scalpel), persis di atas ring klem,dan khitanan selesai, tidak dibutuhkan jahitan dan perban. SmartKlamp akan tetap pada penis hingga luka sembuh yaitu sekitar 5 hari. Setelah 5hari SmartKlamp dapat dilepas oleh dokter.


Sumber: Bundarini