Sunat Efektif Tekan Penularan HIV

KabarIndonesia - Sunat tak hanya urusan budaya dan agama, namun juga kesehatan. Hasilnya, sunat tergolong efektif menekan penularan HIV ketimbang mereka yang tidak sunat.

Sirkumsisi, dikenal dengan istilah sunat, disinyalir memiliki efek pencegahan penularan HIV/AIDS. Hal ini diungkap Prof. dr. Zubairi Djoerban, Ketua Masyarakat Peduli AIDS Indonesia. “Hasil penelitian membuktikan efek pencegahannya 58% pada yang sunat. Sedangkan, penularan terjadi sebesar 66% pada mereka yang tidak sunat,” ungkap Zubairi yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Penelitian tersebut didapat dari 3 uji klinik terhadap laki-laki sehat di Afrika Selatan, Kenya, dan Uganda. Hasilnya cukup menggembirakan. Efek sunat terhadap penularan HIV ke pria dapat diminimalisir. Di Filipina, hampir semua laki-laki disunat. Di Kanada, 48% laki-lakinya menjalani sunat. Bahkan, 80% bayi laki-laki di Amerika Serikat disunat.

Kenyataan tersebut mengungkap bila sunat tidak hanya budaya masyarakat di kalangan muslim saja. Bahkan, kata Zubairi, mantan presiden AS Bill Clinton pernah menganjurkan sunat karena efektif menekan penularan HIV. Lagi-lagi, sunat bukan hanya kegiatan budaya atau agama seperti di kalangan muslim, tapi untuk kesehatan.

Tidak mudah untuk menyebarluaskan pentingnya sunat untuk kesehatan. Alasan agama, budaya, dan politik terasa kental menghambat. Namun, kata Zubairi, penelitian terhadap 2000 lelaki yang tidak sunat di Kenya, penularan HIV lebih tinggi 66%.

Profesor Robert C. Bailey dari University of Illinois mengungkap, vaksin AIDS tidak pernah 1 kali suntikan, harus diulang. Sayangnya, vaksin AIDS yang efektif menekan penularan HIV sebesar 50% belum ditemukan. Sedangkan sunat dapat dilakukan sekali seumur hidup saja.

“Sekarang kita mempunyai sarana intervensi yang terbukti menekan penularan 60%. Dikerjakan hanya satu kali seumur hidup dan berlaku seterusnya,” kata Robert.

Studi lain yang dipaparkan Zubairi, soal penularan infeksi HPV sebagai salah satu penyebab kanker leher rahim. Diteliti 1.913 pasangan terkait kanker leher rahim yang berasal dari 5 negara. Infeksi HPV pada penis ditemukan pada 166 orang dari 847 laki-laki yang tidak disunat (19,6%). Bandingkan dengan hanya 5% infeksi HPV pada yang disunat (16 dari 292 laki-laki yang disunat.

“Sunat akan menurunkan risiko kanker leher rahim pada pasangan, karena menurunkan risiko infeksi HPV pada penis,” pungkas Zubairi kepada Kabar Indonesia (20/8) silam, disela acara persiapan ICAAP IX (the 9th International Congress on AIDS in Asia and the Pacific) di Bali 2009 mendatang.

Sumber: Kabarindonesia

No comments:

Post a Comment