Sunat pada pria tidak lindungi wanita dari HIV

Hasil studi menemukan, meski risiko penularan HIV lebih rendah pada pria yang disunat, hal itu tidak otomatis melindungi wanita. Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah The Lancet.

Pencegahan penularan HIV pada pria bersunat membuat para aktivitis AIDS optimis angka penularan human immunodeficiency virus (HIV) bisa ditekan. Terlebih penelitian menunjukkan risiko terinfeksi HIV pada pria yang disunat 76 persen lebih rendah.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah sunat pada pria juga bisa melindungi pasangan seksualnya dari kemungkinan tertular HIV? Ternyata jawabannya sangat jelas, "Tidak".

Kesimpulan itu dihasilkan berdasarkan studi yang dilakukan secara acak terhadap 992 pria di Uganda, Afrika, berusia 15-49 tahun yang belum disunat. Mereka sudah terinfeksi HIV tapi belum menunjukkan gejala apa pun.

Setengah dari responden kemudian disunat, sedang sisanya tidak. Wanita yang menjadi pasangan para responden kemudian didata, ada 90 wanita dari kelompok yang disunat dan 70 pada kelompok pria tak disunat. Seluruh responden secara intensif mengikuti kursus pencegahan HIV.

Analisa data dua tahun kemudian dengan jelas menunjukkan tidak adanya pengaruh sunat pada perempuan. Sebanyak 18 persen wanita dari kelompok disunat telah terinfeksi HIV dan 12 persen pada kelompok tidak disunat. Kebanyakan penularan terjadi sekitar 6 bulan setelah proses sunat.

Menurut para ahli, hal itu mungkin terjadi karena para pria melakukan hubungan intim sebelum luka sunat sembuh sempurna, sehingga darah yang terinfeksi HIV masuk lewat vagina. 

Meski demikan, para ahli berpendapat kampanye sunat pada pria tetap valid. "Walau wanita tidak secara langsung mendapat manfaat dari sunat pada pria, namun mereka dapat manfaat tidak langsung, lebih sedikit pria yang terinfeksi, makin rendah risiko penularan pada wanita," kata Maria Waver, dokter peneliti dari John Hopkins Bloomberg School of Public Health, AS.

Para ahli menyebutkan, kulit luar ujung atau kepala penis merupakan jalan masuk virus  HIV. Pada kulit paling luar dari ujung penis atau kulup ada banyak sel yang rawan terinfeksi virus HIV. Bagian yang dipotong dalam proses sunat ini dilapisi kulit tipis yang mudah lecet saat berhubungan intim. Padahal, virus bisa menyebar dari luka sekecil apa pun.
    
Oleh karena itu, penis yang tidak disunat lebih mudah menyebarkan virus HIV. Sebab, kondisi lingkungan di lipatan kulup yang lembab dan basah menjadi tempat kondusif bertahannya virus HIV. Kulup basah juga membantu penularan infeksi menular penyakit lain.


Sumber: Kompas